16 Jam Berpuasa
Ramadhan tahun 2014 ini kembali hadir di musim panas Jepang. Sholat shubuh pada pukul 2:45 dan akan bergeser perlahan menuju jam 3:16 di penghujung Ramadhan. Waktu sholat maghrib pada jam 19:18 dan akan bergeser menuju jam 19:02 di akhir Ramadhan. Sekitar 16 jam lebih! Inilah lamanya puasa tahun ini. Karenanya saat memasuki bulan Sya`ban, satu bulan sebelumnya, kami harus segera bersiap-siap untuk menyambut Ramadhan! Seperti yang Rasulullah SAW contohkan dalam sunnahnya, yaitu:
“Adalah Rasulullah SAW berpuasa sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka dan beliau berbuka sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan tidak pernah sama sekali saya melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan dan tidak pernah saya melihat beliau lebih banyak berpuasa dalam sebulan yang lebih banyak daripada bulan Sya`ban”. (HR. Imam Muslim)
Terlahir dan besar di negeri matahari terbit adalah kondisi keempat anak kami. Praktis pengalaman melihat maraknya kegiatan Ramadhan di negeri Indonesia adalah hal yang sangat jarang didapat. Kami pernah mengajak anak-anak menikmati ber-Ramadhan di Indonesia satu atau dua kali. Alhamdulillah, hal ini menjadi pengalaman yang berkesan. Mereka sangat meningat tatkala saat beramai-ramai berangkat ke masjid untuk sholat tarawih, mendengarkan kentongan tanda sahur dan menikmati aneka makanan ifthar yang tersedia untuk berbuka. Selebihnya mereka menjalani ber-Ramadhan bersama keluarga di Jepang, di sebuah kota yang masih jarang komunitas muslim dan jauh dari masjid.
Kami mulai mengenalkan shaum Ramadhan sejak anak-anak menginjak usia tiga tahun. Dimulai dari mengajak makan sahur, puasa bertahap mulai satu jam, dua jam, tiga jam hingga pada saat usia mereka 7 tahun, mulai berlatih untuk puasa penuh satu hari. Alhamdulillah pengenalan puasa sejak kecil sangat memberikan pengaruh untuk pelatihan kekuatan mereka menahan lapar dan haus. Proses pendidikan dengan cara bertahap dan mencoba seperti ini sering dilakukan dalam sistem pendidikan di Jepang ini. Dapat kita temui misalnya membiasakan anak-anak mulai sekolah baik tingkat TK atau SD bahkan di tempat les. Calon murid akan diperbolehkan mencoba kelas-kelas belajar, mengenal lingkungan sekolah, sebelum mereka resmi diterima di sekolah atau tempat les tersebut.
Hadirkan Semarak Ramadhan di Rumah
Menghadirkan suasana semarak Ramadhan dan kegiatan full ibadah menjadi hal yang penting dibangun dalam rumah. Suasana di luar rumah saat Ramadhan tidak ada yang berubah. Sehingga, persiapan menghias rumah menjelang Ramadhan adalah kegiatan rutin yang penting kami lakukan. Menghias dengan aneka tulisan menarik untuk menyambut Ramadhan, berhiaskan balon dan kertas warna-warni di dinding ruangan serta membuat kalender Ramadhan. Kalender ini berisi targetan yang ingin kita capai bersama. Misalnya, target yang kami ingin capai di bulan Ramadhan adalah: rutin melakukan sholat wajib lima rakaat, puasa sukses sampai maghrib, sholat tarawih setiap hari dan membaca al-quran setiap hari. Kita dapat menambahkan dengan hafalan dan tadabur Al-quran.
Akhirnya beberapa hari menjelang Ramadhan proses persiapan pun selesai. Hiasan berupa tulisan “Ramadhan!” kami buat dalam kertas ukuran A4, satu kertas bertuliskan satu huruf. Kemudian anak-anak mewarnai huruf-huruf tersebut sesuai dengan keinginan masing-masing. Ada hal menarik saat mulai mewarnai. Salah satu anak berusaha mencari warna-warna cerah di setiap huruf yang akan dia warnai. Ia ingin menyambut ramadhan rasa bahagia. Tetapi, anak yang lain memiliki kesan yang berbeda rupanya. Ia mulai menggambar orang-orang yang banyak dan semua terlihat bergerak ke arah matahari. Warna yang gelap menunjukkan kesan yang cukup menakutkan. Ketika saya tanya apa yang ia gambar, jawabannya menunjukkan bahwa ia terinspirasi kondisi saat kiamat tiba. Semua manusia berkumpul di padang masyhar. “Wah, Kakak kok Ramadhan jadi kesannya menyeramkan,” celoteh anak yang lain. Setelah kami bercerita bahwa selain bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh perjuangan, bulan ini pun penuh keberkahan. Di bulan Ramadhan Allah SWT memberikan pahala yang belipat-lipat jika kita beribadah, bulan di mana syetan dibelenggu karena begitu spesialnya bulan ini agar umat manusia yang beriman dapat berkonsentrasi penuh memaksimalkan ibadah di bulan ini. Dan, di bulan ini ada ada malam lailatul qadr yang mulia. Semua insan beriman berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan di malam yang kebaikannya lebih dari seribu bulan. Setelah kami ceritakan kelebihan bulan Ramadhan kembali, ia pun tersenyum dan crayon berwana cerah pun ia raih dan mulai kembali mewarnai tulisan untuk hiasan Ramadhan.
Menginformasikan Puasa ke Guru Sekolah
Persiapan berikutnya adalah menyampaikan informasi Ramadhan ke sekolah anak-anak, terutama ke para wali kelas. Hal ini menjadi penting karena mereka bersekolah di SD Jepang. Setiap hari ada acara makan siang bersama di sekolah, termasuk kegiatan olahraga dan khusus di musim panas ada kegiatan berenang hampir setiap hari. Kami harus memberitahukan bahwa selama bulan Ramadhan tidak melakukan pemesanan susu sebagai minuman saat makan siang. Alhamdulillah karena tahun ini adalah tahun kelima untuk anak pertama bersekolah, para guru sudah mulai terbiasa dengan salah satu kebiasaan puasa di bulan Raamdhan. Namun tetap saja pihak sekolah khawatir anak-anak akan mengalami “heat stroke”, suhu panas tinggi karena lingkungan yang panas dan dehidrasi, terutama guru yang berwenang untuk kesehatan anak.
Kami pun menyampaikan beberapa keringanan untuk anak-anak kami, seperti: tidak mengikuti olahraga, saat jam makan dan jam istirahat, anak-anak diperbolehkan memasuki ruang perpustakaan yang kondisinya sejuk dan nyaman. Alhamdulillah semua permohonan kami disetujui, termasuk setiap hari kami akan mengantar jemput anak-anak menggunakan kendaraan pribadi. Biasanya anak-anak harus berjalan kaki ke sekolah dengan waktu tempuh lima belas hingga tiga puluh menit saat pulang karena jalan cukup menanjak. Alhamdulillah keberadaan tiga anak muslim lainnya yang sama-sama kami antar-jemput, memberikan tambahan semangat untuk ketiga putra kami untuk istiqomah mensukseskan shaum hingga maghrib.
Ada hal yang menarik saat mengenalkan Ramadhan ke anak-anak orang Jepang melalui interaksi mereka di sekolah, seperti: anak ketiga disarankan oleh temannya untuk bermain saja saat perut terasa lapar. Berbeda lagi dengan pengalaman anak pertama saat saya terlambat menjemputnya karena jadwal yang berbeda sehingga saya harus dua kali ke sekolah. Ia mengikuti rombongan biasanya berjalan kaki. Temannya menyarankan agar di tanjakan nanti ia dapat istirahat dua kali dan temannya siap menemani. Alhamdulillah saat saya jemput, anak-anak baru menuju tanjakan panjang jalur pulang mereka. Ketika saya tawarkan untuk pulang bersama, mereka terlihat sangat bahagia.
Menjaga Keistiqomahan Anak-anak
Setelah proses persiapan suasana di rumah, lingkungan anak-anak (di sekolah khususnya) dan teman-temannya, yang yang penting adalah terus menjaga keistiqomahan anak-anak menjalankan puasa dan tetap semangat beribadah selama Ramadhan. Hal ini akan sangat terbantu saat kita memiliki targetan yang jelas dalam Ramadhan dan sistem muhasabah yang rutin, misalnya: harian dan mingguan.
Hal lainnya yang dapat dilakukan adalah mengajak anak-anak untuk ifhtor bersama dan sholat berjamaah seperti sholat Isya dan Shubuh di masjid atau mushola bersama muslim lainnya, khususnya untuk anak laki-laki. Hal ini dapat menguatkan anak-anak bahwa kewajiban puasa di bulan Ramadhan dilakukan oleh seluruh muslim di dunia. Termasuk para tetangga kami dari berbagai Negara. Alhamdulillah, walaupun masjid terdekat dari tempat kami dapat ditempuh dalam satu setengah jam, tapi di sekitar apartemen kami ada mushola, tempat berkumpul para mahasiswa dari berbagai Negara untuk sholat berjamaah.
Namun, sebagai muslim yang tinggal di Negara minoritas tentunya beberapa kendala kadang kita temui saat menjalankan ibadah puasa. Bagi anak-anak di musim panas, seperti: kelas berenang hampir setiap hari di musim panas, kegiatan ke luar sekolah, kegiatan bersama anak dan orangtua satu kawasan tempat tinggal, kegiatan olahraga setiap pagi saat liburan musim panas dan beberapa meeting orangtua. Untuk semua kegiatan ini, kami akan melihat kondisi anak-anak, berusaha tidak membebani mereka dan tetap menyemangati mereka untuk terus berpuasa hingga maghrib. Seperti berenang, anak-anak memilih tetap ikut dan kami mengingatkan agar berhati-hati agar air tidak terminum serta tidak memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan. Jadwal meeting orangtua pun terkadang pas di saat beberapa menit baru berbuka puasa.
Alhamdulillah jika kita sudah menyampaikan sebelumnya tentang Ramdhan pada para guru dan teman sesama orangtua, mereka akan paham dengan kondisi kita. Untuk kegiatan yang tidak mungkin dilakukan dalam keadaan puasa, kita dapat meminta izin untuk tidak ikut bergabung. Hal yang penting adalah kita menyampaikan dengan baik dan santun, tidak memaksakan kepada pihak yang terkait dan kita tetap berempat bahwa umumnya mereka belum paham mengerti makna dan hikmah puasa di bulan Ramadhan. itu sendiri. Memang benar adanya ada hal-hal yang ghaib menyangkut keyakinan hati yang agak sulit disampaikan kepada orang non-muslim. Sebagai muslim, kita harus tetap menyampaikan kebenaran sebagai penggugur kewajiban kita. Untuk hasilnya kita serahkan pada Allah SWT, termasuk urusan hidayah atau petunjuk yang menggerakan sahabat, teman dan lingkungan non-muslim kita agar dapat menerima dan memahami kita.
Ramadhan Omedetou
Besok akan memasuki satu Ramadhan, kami sekeluarga sedang menghadiri acara festival internasional yang diadakan di provinsi tempat kami tinggal. Ketika kami sedang menikmati makanan tradisional di stand Indonesia, ada satu orang Jepang yang menyapa teman kami. Kemudian kami berbincang mengenai Ramadhan karena besok festival masih berlangsung. Orang Jepang tersebut bertanya tentang kalimat yang bagus diucapkan pada orang-orang yang akan menjalankan puasa. Orang-orang Jepang sangat terbiasa mengucapkan “aisatsu” atau ucapan pada sesama teman. Seperti halnya jika akan berjumpa, berpisah, saat tiba di rumah, saat mendapatkan kebahagiaan dan sebagainya. Awalnya ia berkomentar “Taihen desu ne” yang artinya “repot ya” sebagai tanda perjuangan di bulan Ramadhan. Namun, setelah kami menyampaikan bahwa kita berbahagia menyambut bulan mulia ini, bulan penuh berkah, penuh pahala, penuh rahmat di balik perjuangan yang kita harus lalui. Ia pun berkomentar, “Ramadhan Omedetou!”, yang artinya “Selamat menyambut Ramadhan!”, kami pun menjawab “Alhamdulillah, arigatou gozaimashita”, sebagai rasa terimakasih pada beliau.