Bulan ramadhan beserta keutamaannya tentunya sudah menjadi hal yang familiar bagi umat muslim atau bagi mereka yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Lantas bagaimana dengan orang-orang yang berasal dari negara yang mayoritas non muslim ataupun non muslim sebagai minoritas? Sejauh mana mereka mengenal bulan suci Ramadhan ini?
Saya mencoba menanyakan opini atau komentar dari teman-teman non-muslim di sekitar saya yaitu dari negara Meksiko, Belize, Taiwan, Jepang, Vietnam, Filipina, Bangladesh, dan Indonesia tentang Ramadhan di Jepang yang jatuh pada musim panas. Banyak hal menarik yang saya peroleh dari obrolan ringan dengan teman-teman ini. Saya akan menceritakan satu per-satu. Misalnya saja komentar dari teman Belize (Kristen), dia berkata sebenarnya dia tidak tahu detail tentang apa yang terjadi atau dilakukan selama Ramadhan karena di negaranya dia tidak pernah sekalipun bertemu muslim, tetapi setelah mengenal beberapa muslim selama di Jepang, dia membayangkan Ramadhan itu waktu yang menyenangkan, penting, dan saat untuk mendekatkan diri pada Tuhan bagi umat muslim layaknya natal bagi umat kristen. Ini seperti waktu khusus dalam setahun dimana muslim memperbanyak ibadah tanpa gangguan dari makanan. Nanti di akhir ramadhan muslim akan merayakan hari kemenangan dengan menikmati makanan-makanan yang baik/enak bersama keluarga dan teman.
Sama seperti teman dari Belize, teman saya lainnya yang berasal dari Meksiko (sekte Kristen), mengatakan bahwa dia tidak pernah bertemu muslim ketika di Meksiko. Oleh karenanya, menurut dia, berpuasa adalah hal yang secara personal tidak mungkin untuk dia laksanakan karena dia selalu merasa lapar dan berpuasa akan membuat dia sakit maag. Terkadang dia khawatir terhadap kondisi fisik muslim yang dia kenal, tetapi mereka terlihat bak-baik saja dan sudah terbiasa untuk berpuasa, dan dari tahun ke tahun mereka akan lebih natural menjalaninya. Dia sangat respek terhadap orang yang berpuasa karena mereka tidak akan melakukan hal buruk pada orang lain, jadi dia tidak akan mencoba mempengaruhi muslim yang berpuasa untuk makan di siang hari atau melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Lain hal nya dengan teman dari Bangladesh (Hindu), dia sudah lebih terbiasa melihat muslim berpuasa karena di negaranya, muslim adalah mayoritas. Menurutnya, Ramadhan di musim panas akan sangat sulit, waktunya panjang, cuaca panas, mudah untuk dehidrasi, dan waktu istirahat juga sedikit. Tetapi sebagai non-muslim dia berkata kalau dia cinta Ramadhan karena semua terasa terkontrol, baik emosi maupun godaan lainnya dan dia juga menikmati waktu berbuka serta sahur bersama teman-teman muslim. Namun, dia juga bercerita kalau terkadang dia juga megalami kesulitan saat Ramadhan di negaranya, misalnya saja harga-harga bahan pokok menjadi lebih mahal dan terkadang sulit menemukan toko-toko makanan yang buka, sehingga setiap hari harus memasak sendiri, tapi hal ini tidak menjadi masalah bagi berarti baginya karena dia menikmati dan menghargai bulan Ramadhan. Dia pun sering ikut merayakan idhul fitri bersama teman-teman muslimnya, di Jepang pun dia berencana akan merayakan idhul fitri bersama muslim Bangladesh.
Komentar lainnya datang dari teman Vietnam (Budha), dia mengatakan bahwa akan sangat sulit berpuasa di Jepang pada musim panas, karena waktu menahan lapar dan hausnya lebih panjang. Tapi hampir semua muslim yang dia kenal, sering berlatih puasa (puasa sunnah) dan mereka melakukannya dengan baik. Jadi dia berpikir dimanapun muslim berada, jika mereka punya keinginan dan iman mereka akan melakukan puasa Ramadhan dengan baik.
Teman dari Indonesia (Katolik) dan Jepang menyampaikan pendapat yang tidak jauh berbeda intinya mereka salut dengan muslim yang bisa menahan lapar dan haus sampai malam hari, apalagi di musim panas seperti di Jepang ini rasa-rasanya paling sulit adalah menahan rasa haus.
Teman dari Filipina (katolik) mengatakan bahwa menurutnya salah satu bentuk ekspresi terbaik untuk menunjukkan rasa cinta kita terhadap Tuhan adalah dengan pengorbanan. Oleh karena itu, dia sangat respek dan mengagumi bagaimana muslim mendisiplinkan diri untuk berpuasa di bulan ramadhan. Sebagai seorang katolik tidak terlalu sulit baginya untuk memahami mengapa umat muslim harus berpuasa. Meskipun, terkadang dia merasa sungkan ketika makan banyak sekali makanan saat siang dan melihat muslim bahkan tidak makan secuil makanan pun. Dia merasa akan sangat sulit untuk melakukan banyak hal tanpa minum atau setidaknya “ngemil”. Tapi dia menganggap bahwa dengan rahmat Tuhan, dan dukungan satu sama lain, lamanya waktu berpuasa di musim panas dapat diatasi dan hampir terlihat natural.
Teman dari Taiwan (Budha) sangat bersemangat ketika saya menanyakan pendapatnya tentang Ramadhan, sehingga dia membuat tulisan dan mengirimkannya pada saya. Berikut kurang lebih isi tulisannya. “Apakah kamu merasakan nikmatnya sarapan pagi ini?”. “Apakah kamu masih ingat lezatnya makanan-makanan itu bahkan sudah membayangkan makanan apalagi yang akan kamu makan nanti?”. “Apakah kamu tahu ada sekelompok orang yang berpuasa dikala kamu menikmati makanan-makanan lezat itu?”. Ramadhan adalah waktu istimewa bagi muslim, Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam. Muslim berpuasa sampai matahari terbenam bahkan muslim tetap berpuasa di negara Jepang ini yang begitu berlimpah makanan enak. Ramadhan tahun ini jatuh di musim panas, udara lembab, dan hari lebih panjang dari musim lainnya. Suhu yang tinggi terus menguras energi, belum lagi di saat makan siang akan banyak sekali menemukan orang yang sedang makan siang dengan aroma makanannya yang sangat mengundang selera, juga banyak yang meminum air dingin dan es krim. Akan tetapi, bagi muslim, mereka tidak boleh makan dan minum dari dini hari sampai matahari terbenam. “Dapatkah kamu membayangkan rasanya kelaparan di negara kaya ini (Jepang)?’. Saya yakin akan sulit membayangkannya. Dengan kata lain, di dunia ini, yang berisi banyak keinginan, manusia sangat mudah sekali merasa puas. Menurut yang saya amati, Ramadhan bukan hanya tentang muslim menahan lapar dan dahaga, tapi juga semacam menujukkan semangat juang mereka dan perlawanan terhadap hawa nafsu. Mungkin, Ramadhan hanya bulan biasa saja bagi mereka yang bukan muslim, tapi untuk saya pribadi, di bulan Ramdhan ini saya melihat bagaimana muslim memperjuangkan imannya, bagaimana kekuatan jiwa mereka, dan bagaimana kesetiaan hati mereka terhadap Tuhannya.
Itulah kurang lebih pandangan beberapa teman-teman non muslim saya tentang Ramadhan. Ternyata hasil dari bincang-bincang ringan dengan teman-teman non muslim dari berbagai negara ini memberikan gambaran bahwa secara umum yang mereka ketahui tentang berpuasa adalah hanya tentang tidak makan dan minum dari pagi hari hingga matahari terbenam. Ada pula beberapa orang yang memahami bahwa selain menahan lapar dan dahaga, umat muslim juga harus menahan emosi dan hawa nafsu serta tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik (menjaga lisan, perbuatan). Secara umum mereka sangat respek dan menghargai muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan. Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana dengan diri kita pribadi, sudahkan kita mencerminkan akhlak seperti yang ada dipikiran teman-teman non muslim? Masihkah kita mengeluh berpuasa di musim panas dengan durasi yang lebih panjang? Masihkah kita memperlihatkan kinerja menurun dengan alasan lelah karena berpuasa? Mari kita instrospeksi diri kembali! Sejatinya sebagai seorang muslim kita adalah duta agama, seorang da’i, sehingga terkadang orang akan menilai bagaimana Islam itu dari akhlak kita sehari-hari. Di bulan Ramadhan ini, adalah kesempatan bagi kita untuk lebih memperkenalkan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin. Mungkin masih banyak sekitar kita (apalagi di Jepang ini) yang belum mengenal Islam. Bagi saya pribadi, opini dari teman-teman ini memberikan saya semangat untuk berbagi tentang Islam kepada mereka dan teman-teman lainnya walaupun hal-hal kecil sekalipun. Semoga kita senantiasa bisa berfastabiqul khairat. Wallahu’alam