Setiap Idul Adha saya selalu terkenang dengan sebuah pengalaman unik dahulu awal datang ke Jepang. Di zaman itu belum ada fb, skype, mbah google bahkan HP. Internet pun baru mulai berkembang di Jepang. Di zaman itu masih banyak yang tidak sadar tanggalan Hijriyah, mengingat belum adanya HP atau gedjet praktis yang bisa mengingatkan kita setiap saat, waktu-waktu azan maupun tanggalan hijriyah.
Di saat itulah saya berjumpa dengan satu orang pilihan, ketika pas setelah Idul Adha tapi masih di hari tasyrik dimana ketika bertemu ternyata dia sedang puasa, sebagaimana kebiasaan rutinnya puasa senin-kemis. Langsung saya ingatkan, hari ini hari tasyrik lho nggak boleh puasa. Alhamdulillah beliau langsung membatalkan puasanya saat itu juga. Memang beliau rajin puasa sunnah, yang kelihatannya usaha beliau untuk menjaga diri. Terlihat nanti di kemudian hari beliau termasuk golongan orang yang menikah dini, alias menikah waktu masih kuliah S1.
Yang menariknya lagi, di kemudian hari saya menemukan lagi ‘orang pilihan’ lain yang seperti ini dengan kasus yang sama persis, berpuasa di hari tasyrik. Langsung saya ingatkan juga.
Alhamdulillah, setelah itu dengan berkembangnya gedjet praktis pengingat jam dan hari, juga imel dan SNS yang makin memperlancar arus informasi, kasus seperti ini belum pernah ditemukan lagi. Pengen sebenernya bisa nemu orang-orang pilihan lagi, dan Alhamdulillah masih bertemu juga meskipun sudah berubah dalam bentuk amalan-amalan unggulan lain. Ada yang hobinya baca Qur’an, mengkaji hadits, dan ada juga yang berprestasi dengan penelitiannya yang sangat bermanfaat di bidang teknologi telekomunikasi 4G dan kedokteran pengobatan kanker, dll.
Saya pernah mencatat ada seorang saudara yang meriwayatkan kisah kenangannya tentang seorang saudaranya, yang rajin datang sholat subuh meskipun dia harus datang berjalan kaki, bahkan ketika turun salju lebat diapun datang sambil jalan kaki. Masya Allah. Alhamdulillah di satu kesempatan saya bisa membuktikan orang pilihan tersebut, ketika tengah malam setelah rapat dakwah yang cukup melelahkan, ternyata sedang asyik sholat malam seorang diri, sementara yang lainnya (kecuali saya yang lagi susah tidur) sedang asyik terlelap.
Saya bersyukur selama di Jepang ini diberikan rezeki untuk bertemu dengan orang-orang pilihan ini, dan bukan cuma berjumpa namun juga berinteraksi lebih intensif dalam banyak aktivitas. Ketiga orang yang saya ceritakan di atas adalah orang-orang yang punya andil besar menjaga aktivitas dakwah di Jepang. Dari dua yang pernah puasa tasyrik di atas, salah seorangnya sedang berkarya di tanah air. Dan seorangnya lagi, mudah-mudahan sedang membaca tulisan ini sambil senyum-senyum di suatu tempat di Jepang.
Saya tidak berharap menemukan kasus puasa di hari tasyrik lagi, namun saya berharap tetap bisa menemukan orang-orang pilihan yang lain di Jepang ini yang memiliki amal unggulan di bidang-bidang yang lain. Dan semoga orang itu adalah anda. Aamiin.
Fuziansyah Bachtar
Kenangan Jepang 1993-2013