Syawal, Merawat Ketakwaan Selama Ramadan

Artikel Islam di Jepang

ied mubarakTantangan terbesar pada bulan ramadan bagi seorang muslim adalah mengendalikan hawa nafsu. Jangankan menahan diri dari yang haram, sesuatu yang asalnya halalpun menjadi dilarang ketika berpuasa. Tidak hanya soal makan dan minum, namun juga mengendalikan syahwat, amarah, keinginan yang berlebihan serta masih banyak lagi.

Maka tidak berlebihan jika Ramadan berfungsi layaknya sekolah yang menggembleng siapapun yang memasukinya agar menjadi muslim yang lebih baik. Dalam sekolah misalnya, terdapat kurikulum dan seperangkat peraturan yang ditegakkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam Ramadan, tujuan pembelajaran itu bernama takwa.

Kemampuan mengendalikan hawa nafsu ini pada akhirnya berdampak pada meningkatnya amal ibadah. Hal ini terbukti dan mudah sekali kita lihat dan rasakan di sekitar kita. Selama Ramadan, orang mudah tergerak hatinya untuk beramal. Meskipun dalam situasi pandemi, suasana Ramadan masih terlihat dari tingginya kepedulian masyarakat untuk  berbagi dengan sesama. Bahkan tayangan televisi dan Youtube juga banyak dihiasi dengan acara keagamaan.

Takwa bukan hanya terminal akhir saat Ramadan saja, namun ia berkelindan dengan setiap nafas kehidupan seorang muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali-Imran 133-134 yang menjelaskan tentang apa itu takwa. “(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya”.

Dari ayat ini, terdapat 4 ciri orang bertakwa, yaitu orang yang selalu berinfak, orang yang menahan amarah, orang yang memaafkan orang lain, serta orang yang selalu memohon ampunan. Jika diperhatikan, keempat ciri ini telah dilatih di bulan ramadan.

Pertama, ciri orang bertakwa adalah orang yang selalu berinfak baik di waktu lapang maupun sempit. Bulan Ramadan mengajarkan kita untuk banyak bersedekah. Bahkan dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling dermawan pada saat Ramadan. Hal ini juga dipertegas dengan perintah zakat, baik zakat fitrah maupun zakat maal.

Kedua, orang yang mampu menahan amarah. Bulan Ramadan juga melatih kita untuk mampu menahan amarah. Dalam sebuah hadits dikatakan, jika ada orang yang mencaci maki atau mengajak berkelahi maka katakan ‘aku sedang berpuasa’. Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus saja, tapi juga menahan emosi dan amarah. Inilah tingkatan puasa yang khusus, lebih dari sekedar mem-puasa-kan lahiriah saja.

Ketiga, orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Bulan Ramadan juga mengajarkan kepada kita untuk saling memberi maaf. Sebagaimana Allah memaafkan kesalahan manusia, maka seperti itu pulalah kita kepada sesama. Tingkatan memaafkan lebih tinggi dari sekedar meminta maaf, karena dibutuhkan keikhlasan dan kelapangan dada.

Keempat, orang yang bersegera dalam mengingat Allah dan memohon ampun atas dosa-dosanya. Bulan Ramadan adalah bulan ampunan. Allah membuka luas pintu ampunannya bagi siapapun yang meminta. Dzikir ampunan yang senantiasa dilantunkan selama ramadan adalah “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fuanna”. Maka sejatinya Ramadan melatih kita untuk sensitif dalam mengevaluasi kesalahan dan dosa-dosa kita, untuk kemudian memohon ampunan-Nya. Sehingga, rugilah orang apabila telah datang bulan ramadan namun ia tidak mendapatkan ampunan dari Allah. Utamanya, ditengah wabah pandemi seperti saat ini, perlulah kiranya menjadi introspeksi bagi umat manusia khususnya umat muslim, tentang kesalahan-kesalahan kita terhadap sang Pencipta dalam mengelola alam semesta.

Bulan Syawal adalah babak baru. Namun ia tidak boleh menghilangkan kebaikan, justru ia harus melestarikan kebaikan selama ramadan. Sebagaimana makna bulan Syawal adalah peningkatan. Ketakwaan yang telah disemai selama bulan ramadan harus dirawat sehingga ia tetap tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu hingga sampai Ramadan yang akan datang. Semoga madrasah ramadan tahun ini menjadikan kita orang yang lulus dan sukses, serta meraih ketakwaan.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1441 H. Taqabbalallahu minna wa minkum.

Penulis: Muh. Azzam

Leave a Reply

Your email address will not be published.