Menjalani Ramadhan di negeri mayoritas non-muslim menjadi tantangan tersendiri bagi muslim Indonesia. Meski euphoria atmosfer Ramadhan tidak semeriah di Indonesia, mudah-mudahan tidak memupus semangat untuk meraih keberkahan yang berlipat.
Berkah sendiri menurut para ahli Bahasa Arab, diantaranya Ibn Mandzur, al-Fayyumi dan al-Fairuz Zabadi, berasal dari kata “al-barakah” yang artinya berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Adapun menurut istilah, berkah didefinisikan sebagai kebaikan berlimpah yang diberikan Allah pada siapa yang dikehendaki-Nya. Keberkahan yang merupakan pemberian dari Allah tersebut dapat berupa materi dan non materi. Jelas ini menjadi sinyal yang baik, dimana Ramadhan menjadi menjadi mesin pelipat kebaikan dan keberkahan. Seperti disampaikan dalam hadits berikut:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Segera kelola iman untuk segera bangkit meraih pundi-pundi keberkahan sesuai tuntunan Rasululloh. Berikut amalan sunah selama bulan puasa yang patut dilakukan:
1. Menyegerakan Berbuka Puasa
Apabila telah datang waktu berbuka puasa, hendaklah menyegerakan berbuka, karena didalamnya terdapat banyak kebaikan. Rosulullah SAW bersabda :
“Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Pastikan ketika adzan maghrib berkumandang, segera berbuka untuk membatalkan puasa. Lebih baik lagi, jika berbuka dengan kurma yang memang disukai Rasululloh.
“Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air.”
2. Melaksanakan Makan Sahur
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sahur menjadi waktu utama untuk mereguk banyak keberkahan. Di Jepang dengan waktu puasa sekitar 17 jam mendatangkan tantangan berikutnya. Yakni, waktu antara taraweh dengan waktu sahur yang begitu berdekatan. Namun, hal ini tidak menjadi hambatan untuk mengatur waktu antara istirahat dan persiapan sahur.
3. Membaca Al-Qur’an dan mentadaburinya
Ayat Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan. Tak heran jika Rasulullah SAW lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain.
Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya.
Bersikap adillah terhadap hak-hak Al Qur’an. Warnailah waktu bersama Alquran. Maka, hidup akan menjadi lebih tenang dan berkah saat kita lebih sibuk dengan Al Qur’an.
Buatlah target untuk diri anda sendiri. Jika di bulan-bulan lain kita dapat khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan.Maka, di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan mentadabburi satu surat tertentu. Hal ini juga dapat dijadikan program unggulan bersama keluarga.
4. Memberikan Makanan Berbuka Puasa (Ith’amu ath-tha’am)
“Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu” (Shohih Nasa’i dan Tirmidzi)
Amal ibadah mulia ini amat sangat dianjurkan. Apalagi jika diniatkan setiap hari untuk memberi makanan berbuka puasa. Amalan ini dapat dilakukan dengan memberikan sumbangan materi atau makanan/minuman ke masjid terdekat. Bisa juga dengan memberikan hidangan berbuka kepada tetangga atau sahabat. Contoh lainnya adalah mentransfer uang kepada lembaga-lembaga yang mengadakan program donasi berbuka. Mudah, khan?
5. Shalat Tarawih (Qiyamul Lail)
Ibadah sunnah yang khas lainnya di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Shalat tarawih dapat menggugurkan dosa dengan syarat karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya’ atau alasan lainnya.
Catatan berikutnya adalah bahwa shalat tarawih bersama imam pahalanya seperti shalat semalam penuh.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,
“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”Hal ini sekaligus merupakan anjuran agar kaum muslimin mengerjakan shalat tarawih secara berjama’ah dan mengikuti imam hingga selesai.
6. Berdakwah
Jangan sia-siakan momen Ramadhan kali ini. Sepanjang Ramadhan, kesempatan berdakwah lebih terbuka. Mengapa? Karena atmosfer Ramadhan menghantarkan muslim menuju kondisi ketaatan dan lebih siap untuk menerima nasihat.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (Al-Imran[3] : 104)
Keberkahan senantiasa tercurahkan bagi siapapun yang mampu menghantarkan hidayah kepada sesama muslim. Sesuai dengan sabda Rasulullah: “Barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.”
7. I’tikaf
Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan kaum muslim, hingga tak banyak yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”
I’tikaf di 10 malam terakhir, menjadi jurus jitu untuk meaih Lailatul Qadar. Satu malam yang begitu istimewa, malam yang penuh keberkahan. Malam yang nilainya sama dengan seribu bulan.
“Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.
8. Banyak Berdoa dan Bertaubat
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ”
(QS. Al -Baqarah: 186).
Selama bulan Ramadhan, Alloh membukakan pintu ampunan bagi seluruh hambanya. Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah kita. Kata kuncinya adalah kembali kepada Alloh. Jadikan Ramadhan titik dahsyat untuk memperbanyak doa kepada Alloh. Rendahkan diri di hadapanNya agar diampunkan segala dosa.
Semoga kita dimudahkan untuk mengamalkan ibadah-ibadah tersebut. Hingga Alloh turunkan ampunan sebanyak-banyaknya dan mencurahkan keberkahan berlipat-lipat. Jangan lupa, di bulan pernuh berkah ini untuk saling mendoakan muslim di seluruh belahan bumi.
Tokyo,
12 Ramadhan 1437
Abu Kafi