Meningkatnya Ruhiyah, Fikriyah dan Jasadiyah di bulan Ramadhan

Ramadhan
Mesjid Tokyo
Mesjid Tokyo

Begitu banyak kenikmatan yang  Allah limpahkan kepada kita ummat akhir zaman, salah satu di antara kenikmatan tersebut adalah kita dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. Ini adalah hadiah yang sangat spesial bagi ummat Muhammad, yang karena begitu spesialnya membuat iri ummat  yahudi dan nashara.

Dengan segala keutamaan serta keagungan yang menghiasi bulan Ramadhan, maka bulan Ramadhan dinamai sebagai bulan PENINGKATAN ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Dan memang betul meningkat, kita semuanya pasti merasakan peningkatan terhadap tiga potensi manusia yang Allah berikan tersebut.

Dalam sisi ruhiyah, yang biasanya di luar ramadhan tilawah sehari 1 juz di bulan ini bisa 2 juz atau lebih, masjid menjadi makmur, Shalat malam setiap hari dan amalan ibadah lainnya.

Di sisi fikriyah, kajian-kajian keislaman hadir dimana-mana masjid, TV dan lain-lain sehingga semakin menambah wawasan keilmuan kita.

Begitu pula di sisi jasadiyah, banyak kita saksikan ada orang-orang yang memiliki penyakit sembuh ketika Ramadhan, dan berdasarkan hasil penelitian kedokteran ada hubungan yang sinergi antara Puasa dan kesehatan.

Dan jika kita mengkaji sirah Nabi dan sahabat, kita akan semakin yakin akan kebenaran hal tersebut bahwa di bulan Ramadhan terjadi peningkatan-peningkatan akan ke tiga potensi yang dimiliki manusia.

Dalam sirah, kita dapatkan terjadinya peningkatan produktivitas kerja dalam diri para Sahabat Nabi. Bukankah perintah puasa Ramadhan turun pada tahun kedua hijriyyah dan pada tahun itulah pada tanggal 17 Ramadhan terjadi perang Badar al-Kubra. Artinya di awal-awal Ramadhan Nabi dan para sahabat harus menghadapi peperangan melawan kaum kafir Quraisy dalam kondisi berpuasa. Dan dengan izin Allah, kaum muslimin meraih kemenangan pada perang itu. Padahal secara jumlah pasukan jumlah sahabat yang ikut berperang 314 orang dan musuh sekitar 1000 orang. Dalam hal persenjataan dan perlengkapan perang pun juga tidak seimbang. Apalagi para sahabat sedang berpuasa yang kita pahami kondisi fisik mereka pastilah cenderung melemah. Secara logika, kalah tapi sebaliknya Menang.

Perang Khandaq, sebagai bukti penguat lainnya, terjadi pada tahun kelima Hijriyyah yang mana persiapannya terjadi di bulan Ramadhan . Dalam perang ini, sebagai strategi perangnya dengan membuat parit yang panjangnya kurang lebih 5 km, lebar paritnya 4,62 m dan kedalamannya rata-rata 3,23 m. Dan semuanya dikerjakan secara manual dengan tangan dan perlengkapan kerja seadanya. Coba kita bayangkan, membuat parit dalam kondisi berpuasa, kalau tidak memiliki ruhiyah atau mentalitas yang kuat pastilah parit itu tidak akan selesai pengerjaannya tepat waktu. Dan di perang ini kaum muslimin menang.

Pembebasan kota Makkah atau dikenal Fathu Makkah juga terjadi di bulan Ramadhan pada tahun kesembilan hijriyyah. Dan kita tahu Fathu Makkah ini adalah momen penting dalam dakwah Islam, karena ini menjadi titik balik perjuangan kaum muslimin dari yang sebelumnya lemah dan selalu terancam berbalik menjadi kuat dan bebas menyampaikan dakwah tanpa ancaman dan intimidasi yang seperti kita rasakan pada saat ini.

Semua kemenangan yang diraih oleh kaum muslimin itu dikarenakan tiga potensi manusia: Ruhiyah, Fikriyah dan Jasadiyah dalam kondisi meningkat, berada dalam puncak keimanan, berada dalam ketenangan jiwa dan semua kondisi yang dirasakan itu tidak lain disebabkan oleh puasa.

Oleh karena itu, indikator seseorang yang berpuasa dengan keimanan dan keikhlasan di bulan Ramadhan adalah terjadinya peningkatan dalam amal ibadah dan peningkatan produktivitas kerja.

Semoga bulan Ramadhan tahun ini menjadi momentum kemenangan-kemenangan dakwah, Aamiin Yaa Rabbanaa.

 

Mie, Ramadhan 1439 H

Abu Farhat

Leave a Reply

Your email address will not be published.