Merasakan suasana bulan Ramadhan di Jepang merupakan satu pengalaman baru buat saya. Jika di Indonesia, suasana Ramadhan sangat kental terasa, berbeda dengan di Jepang dimana orang-orang lalu-lalang makan minum dan semakin berat lagi karena bulan Ramadhan ini berbarengan dengan musim panas dan deadline pengumpulan thesis. Sungguh tempaan yang bagus sebenarnya untuk fisik dan mental.
Baru empat hari merasakan puasa di Negara orang, entah kenapa saya sangat merasakan temperature yang semakin naik walau diselingi dengan hujan ringan beberapa hari. Memang panas di Jepang berbeda dengan di Indonesia. Yang saya rasakan adalah cahaya mataharinya menusuk sekali dikulit muka dan sedikit sekali angin berhembus. Saya sempat berdialog dengan salah satu ibu pengajian Annisa Sholihah Kyoto yang menjelaskan kepada saya terkait hal ini. Kata beliau itu dikarenakan tingkat kelembapan di Jepang yang sangat tinggi yang menyebabkan kulit terbakar dan mempercepat sayur menjadi busuk apalagi jika dibiarkan dalam kondisi terbuka dalam waktu lama. Karenanya, kata beliau, sebaiknya jangan menyimpan makanan dalam jumlah besar walau disimpan didalam lemari es.
Hal kedua yang paling saya rasakan adalah keinginan untuk minum terus karena terasa sekali cepat haus. Jam delapaan pagi saja matahari sudah bersinar dengan terik. Wajar saja karena shubuhnya berkisar jam tiga pagi. Panas yang terik dengan tingkat kelembapan yang tinggi serta angina yang jarang sekali berhembus merupakan perpaduan yang apik hehehe…. Tapi ada beberapa tips untuk setidaknya mengurangi hal tersebut. Ini juga saya dapatkan dari ibu pengajian tadi, yang menyarankan saya untuk meminum pada saat sahur “mugi-cha.” Minuman ini sejenis the dengan rasa kopi yang menurut saya lumayan kental (menurut saya sih…) dengan ditambahkan garam sedikit fungsinya sudah seperti minuman-minuman ion kayak Pocari Sweet dan lain-lain. Bedanya minuman ini tidak manis seperti minuman mineral tersebut karena tidak mengandung gula sehingga aman bagi penderita diabetes dan tidak menyebabkan darah menjadi kental.
Saya sengaja menyempatkan diri untuk ibadah tarawih pertama di Mesjid Kobe. Sengaja menyempatkan diri berkunjung ke rumah Allah dengan niat menumbuhkan suasana Ramadhan dalam diri. Dan seperti yang saya duga, jama’ah tidak terlalu banyak. Apalagi jama’ah perempuannya. Hanya setengah shaf pertama. Jama’ah laki-laki masih lebih mending karena bisa hampir tiga shaf. Tapi saya sangat merasakan nikmat yang luar biasa bisa beribadah bersama muslim dari belahan bumi dan di negeri minoritas muslim. Saya masih memimpikan suatu hari nanti akan banyak lagi masjid-mesjid berdiri dinegeri matahari terbit ini agar cahaya islam dapat dirasakan sampai kepelosok-pelosok wilayah Jepang. Amin….
Ada beberapa acara yang ingin saya ikuti di bulan Ramadhan ini. Buka puasa bersama dengan jamaah muslim Indonesia Kyoto-Shiga, juga buka puasa dengan muslim dari Negara lain yang juga akan diselenggarakan di Islamic center di Kyoto. Saya sangat tertarik sekali karena turut berpartisipasi menyumbang masakan khas Indonesia. Sudah bisa membayangkan bagaimana suasananya nanti dan pasti akan ramai. I’tikaf di masjid Kobe (mungkin gak yah…) dan terakhir sholat Idul Fitri di Kyoto.
Terakhir, di bulan Ramadhan ini juga ada event besar yang akan menentukan nasib Indonesia lima tahun kedepan yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden. Miris sebenarnya dengan pertegangan antara dua kubu mengingat bulan ini adalah bulan Ramadhan dimana seharusnya kesabaran kita semakin tertempa dan empati kepada saudara semakin terasah. Tapi walau apapun pilihannya, tetap jangan pilih dua-duanya yah. Pilih satu saja J