Ramadhan adalah momentum pengelolaan jiwa tahunan (riyadhah tsanawiyah), dimana ada 3 dimensi yang dibentuk yaitu dimensi ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah.
Dimensi ruhiyah mencakup segala hal tentang semangat dan ketaatan dalam beribadah seperti sholat, tilawah Al-quran, dzikir dan lain-lain. Kondisi ruhiyah di bulan Ramadhan dari tahun ketahun harus ditingkatkan dimana ibadah tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ayatush shiyam (ayat-ayat tentang puasa) yang tersusun dalam satu surah Al-Baqarah dari ayat 183-187 penuh dengan taujih robbaniyah tentang peningkatan quwwatur ruh (kekuatan ruhiyah) dengan penguatan amaliah-amaliah ruhiyah khususnya di bulan Ramadhan. Ramadhan sangat tepat kita jadikan dijadikan titik tolak (muntholaq) bagi seorang da`i untuk men-charge kembali ruhiyah sebagai bekal mengarungi dakwah di bulan-bulan berikutnya. Keberhasilan dakwah di masa-masa yang akan datang salah satunya ditentukan oleh keberhasilan da`inya dalam meningkatkan pembinaan diri (tarbiyah dzatiyah) di bulan Ramadhan ini. Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini harus kita jadikan momentum untuk meningkatkan ruhiyah diri dan keluarga kita yang menjadil labinah (batu-batu) yang memperkokoh dan memperindah bangunan Islam ini.
Bulan Ramadhan juga merupakan bulan di mana kita harus meningkatkan kualitas intelektual (fikriyah) khususnya dalam mempelajari ilmu-ilmu Islam termasuk ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan itu sendiri. Banyak orang yang berpuasa tetapi berpuasa dengan tanpa ilmu yang pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Di masa pandemi Covid-19 ini, Alloh memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada kita untuk semakin meningkatkan keilmuan (fikriyah) kita karena sangat banyaknya kajian-kajian online yang di sampaikan oleh para ustadz yang kompeten dengan bidang keilmuannya. Membaca buku, menulis, mendengar tausyiah, podcast, mengikuti kajian online, dan lain-lain bisa menjadi alternatif untuk dimensi fikriyah di bulan suci Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini. Oleh karena itu, Ramadhan kali ini harus dijadikan momentum khususnya oleh para da`i untuk meningkatkan kualitas fikriyahnya karena faqidu sya`i la yu`ti (orang yang tidak memiliki ilmu, dia tidak akan dapat memberi ilmu kepada orang lain).
Dimensi jasadiyah di bulan Ramadhan ini, menguji ketahanan fisik dengan adanya larangan makan dan minum dari mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari di waktu maghrib. Kondisi fisik (jasadiyah) juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kita dalam beribadah di bulan Ramadhan ini. Seorang muslim tidak akan mampu untuk beribadah maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Menjaga kondisi fisik di bulan Ramadhan ini telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Banyak peristiwa besar yang membutuhkan kondisi fisik yang prima dalam peradaban umat Islam, terjadi di bulan Ramadhan. Pertempuran besar antara umat Islam dengan kafir Quraisy terjadi pada 17 Ramadhan 2H. Begitu juga Futuh Makkah terjadi pada 10 Ramadhan 8 H. Bahkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 pun bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H. Hal ini menunjukan bahwa Rasulullah, para sahabat dan para pejuang kemerdekaan RI pun senantiasa menjaga kondisi fisik yang prima ketika bulan Ramadhan. Oleh karena itu kita dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, dan kebersihan lingkungan terlebih lagi dalam situasi wabah corona ini. Peningkatan jasadiyah di bulan Ramadhan ini juga dapat dilakukan dengan mengatur pola hidup sehat, rajin berolahraga, makan yang sehat dan bergizi.
Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk menigkatkan kualitas ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk mengevaluasi diri kita terhadap yang sudah kita lakukan selama 11 bulan. Semoga bulan Ramadhan kali ini menjadi bulan Ramadhan terbaik sebagai bekal kita untuk mengarungi dakwah pada bulan-bulan yang akan datang.
*oleh Abu Ilzam dari berbagai sumber