Penulis: Endrianto Djajadi
Alhamdulillah pagi ini saya mengikuti satu workshop parenting yang diadakan oleh RKI (Rumah Keluarga Indonesia) dengan tema “Ayah“.
Banyak pembahasannya yang salah satunya bagaimana peran ayah dalam mendidik anak-anak dan menjadi qowwam (pemimpin) dalam rumah tangga. Jadi pendidikan anak-anak bukan saja tanggung jawab seorang ibu, tapi itu juga tanggung jawab seorang ayah. Walaupun ayah sibuk mencari nafkah di luar tetapi sosok ayah harus tetap hadir di hati anak-anak kita. Ayah yang membuat visi dan misi keluarga seperti aqidah, ibadah, akhlak (adab), dan life skill.
Satu hal yang saya rasa menjadi keyword pada acara hari ini adalah “Bagaimana kita menjadi seorang ayah yang dirindukan oleh anak-anak kita.“
Kehadiran kita ketika anak-anak ada kesulitan di sekolah, kesulitan dalam berteman, dan lain-lain. Ketika ada masalah di luar, mereka mau menceritakan ke kita sebagai ayah. Tidak ada yang dirahasiakan.
Allah memberikan contoh di Al-Quran bagaimana Nabi Yusuf AS menceritakan tentang mimpinya kepada ayahnya yaitu Nabi Yakub AS.
Kalau untuk anak perempuan, misalnya sudah besar nanti, ketika ditanya “Ingin calon suami seperti apa?” Kalau dia sudah dekat dan rindu dengan ayahnya, dia akan menjawab ingin cari suami seperti ayah. Atau paling tidak, dia ridho atas pilihan orang yang dia kagumi.
Atau apakah sebaliknya? Apakah kita menjadi ayah yang mengecewakan anak-anak kita?
Mengecewakan itu bisa dilihat dari dua hal:
- Membiarkannya. Tidak mendidiknya dengan nilai-nilai Islam, tidak mendidik adab seperti kalau makan dengan tangan kiri dibiarkan, tidak berempati ketika melihat orang yang kesusahan, dan lain-lain.
- Menyakitinya, baik dengan kata-kata kasar atau dengan perlakuan yang keras seperti memukulnya dengan keras, dan lain-lain. Dalam satu Hadits Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (Hadits Shahih, Riwayat Muslim)
Anak-anak yang kecewa di masa kecil ini akan terbawa sampai dia dewasa dan akan berefek juga kepada rumah tangga yang akan dibuatnya. Sebagai contoh, ketika anak perempuan kecewa dengan ayahnya, begitu dia kecewa dengan suaminya, dia akan berkesimpulan bahwa memang semua laki-laki seperti itu, tidak baik.
Bagaimana tip-tip agar kita bisa dekat dengan anak dan bisa menjadi sosok yang dirindukan?
- Sering mengajak anak jalan-jalan berdua.
- Sering mengajak anak makan-makan berdua
Di saat berdua itulah komunikasi akan lancar dan tali kasih sayang akan terjalin semakin kuat.
Ini bisa menjadi renungan kita, “Connection before correction.” Artinya, sebelum kita mengoreksinya atau menasehatinya maka perlu kita jalin dulu hubungan hati kita dengan anak-anak kita agar mereka bisa dekat dengan kita. Setelah hati kita sudah dekat maka mereka akan merasa nyaman dengan kita, dan mereka akan menceritakan segala hal kepada kita.
Semoga kita bisa membuat terminal-terminal kebahagiaan, kenangan manis pada anak-anak kita di masa kecil mereka, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi seorang manusia yang baik secara lahir maupun batin.
Yuk semangat meningkatkan kemampuan life skill kita sebagai seorang ayah! Agar bisa menjadi seorang ayah yang dirindukan oleh anak-anak kita.
Referensi:
RKI : Rumah Keluarga Indonesia
Yokohama, 29 Januari 2022