Pada tahun ini dan beberapa tahun yang akan datang, ibadah puasa di negara-negara di belahan bumi bagian utara jatuh di musim panas. Hal ini terasa berat bagi umat Islam Indonesia yang tidak terbiasa menjalani puasa selama 15 jam atau lebih. Akan tetapi, dibalik itu ternyata terdapat sejumlah hikmah yang tidak didapatkan ketika berpuasa di tanah air.
1. Memotivasi untuk berpuasa sunnah di bulan-bulan sebelumnya
Berpuasa di musim panas mengandung berbagai tantangan, antara lain panjangnya waktu siang, suhu yang menyengat, dan pemandangan musim panas yang mengumbar aurat. Ketiga hal ini jarang kita temui ketika berpuasa di tanah air. Untuk itu, mereka yang belum terbiasa perlu mempersiapkan diri sedemikian rupa agar ibadah puasa dapat dijalani dengan optimal. Di samping persiapan dari segi ilmu, persiapan spiritual dan fisik dapat dilakukan dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan-bulan sebelumnya, khususnya di bulan Rajab dan Syaban seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Puasa sunnah, misalnya puasa tiga hari di pertengahan bulan dan Senin-Kamis, melatih kita untuk mengatur waktu yang tepat untuk sahur dan menyesuaikan waktu istirahat dengan ritme kerja sehari-hari.
2. Mengelola hawa nafsu di waktu yang lebih panjang
Berpuasa dengan waktu yang lebih lama adalah konsekuensi dari panjangnya siang hari di musim panas. Di bulan Ramadhan, selama 24 jam kita dituntut untuk mengisi waktu dengan berbagai kegiatan bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di samping ibadah shalat tarawih, tilawah Al Quran, dzikir, dan sebagainya, inti dari ibadah di bulan Ramadhan adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Oleh karena itu, di musim panas umat Islam dituntut untuk menjaga dirinya dalam rentang waktu yang lebih lama.
3. Memperbaiki manajemen waktu
Panjangnya waktu siang dan pendeknya waktu malam mendorong kita untuk mengatur waktu, khususnya waktu tidur dan sahur. Misalnya, saat ini di Jepang, waktu Isya jatuh sekitar pukul 21.00 sedangkan Subuh sekitar pukul 3.00. Maka, maksimal hanya ada waktu sekitar 4 jam untuk beristirahat di malam hari setelah dikurangi dengan waktu untuk sholat tarawih dan sahur. Pendeknya waktu malam juga mendorong kita untuk menghindarkan diri dari kegiatan yang tidak bermanfaat, dan makan dan minum secara tidak berlebihan ketika berbuka.
Di samping ketiga hal di atas, masih banyak hikmah yang dapat diperoleh dengan berpuasa di musim panas. Bagi mereka yang berkeluarga, ibu-ibu di rumah memiliki waktu yang lebih leluasa untuk menyiapkan makanan berbuka. Berpuasa di musim panas juga dapat menampilkan citra positif bagi umat Islam di Jepang sebagai umat yang memiliki etos kerja yang baik, asalkan kinerja selama berpuasa tidak berkurang atau bahkan lebih baik daripada di bulan-bulan yang lain. Wallahu a’lam bishowab.
Photo by Robb North