Kultwit ust @abdullahhaidir1
1. Sekarang kita coba dalami lagi makna laa ilaaha illallaah…
2. Kalimat ini terdiri dari dua bagian; Pertama, Laa ilaaha.. yg disebut dg istilah nafy (peniadaan), kedua adalah Illallah, yg disebut itsbaat (penetapan).
3. Kalimat ini diawali kata ‘Laa’ artinya tidak.Unik, karena jarang2 sebuah pernyataan diawali oleh kalimat tidak. Biasanya sebuah pernyataan lebih mengedepankan penetapan, persetujuan, pengakuan, dan semacamnya.. kalaupun ada peniadaan, itu diletakkan belakangan, sebagai pengecualian.
4. Tapi ini tidak, sejak awal sudah dinyatakan peniadaan. Sebuah ungkapan yang mengandung ketegasan, kelugasan dan kemurnian sekaligus keberanian menyatakan sikap.
5. Kata orang, mengucapkan kata ‘tidak’ lebih berat daripada kata ‘ya’. Karena kata ‘tidak’ yang berarti penolakan lebih mengundang konsekwensi ketimbang kata ‘ya’ yang berarti persetujuan.
6. Lalu apa yang ingin ditiadakan? Yg ditiadakan adalah Ilah …! Apa arti ilah? Mengartikan ilah dengar arti ‘tuhan’ begitu saja, kurang menukik dan tajam. Terlalu umum, dan berakibat pada pemaknaan yg kurang sesuai dg tujuan yg dimaksud.
7. Ilah adalah sesuatu yang disembah. Sesuatu dikatakan disembah jika dia mutlak dituruti dan dicintai. Dia dijadikan no. satu dalam hal ketaatan dan kecintaan. Yg lain mengikutinya.
8. Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah. Lihat surat Al-Furqan: 43. Bagaimana hawa nafsu disembah? apabila hawa nafsu yang paling dia cintai dan taati dalam kehidupannya. Ibadah bukan cuma sebatas sujud dan rukuk di hadapnnya.
9. Maka, Laa ilaaha… artinya adalah pernyataan meniadakan keyakinan adanya segala bentuk Tuhan yang disembah selain Allah… apapun dan siapapun.
10. Dengan demikian, sejak awal pernyataan tauhid kita, sudah menolak segala keyakinan dan penghambaan kepada selain Allah Ta’ala. Ini dapat dikatakan sebagai prasyarat mutlak untuk menyatakan keimanan kepada Allah Ta’ala.
11. Tidak akan pernah ada gunanya pengakuan keimanan, selagi masih ada pembenaran terhadap keyakinan kepada selain Allah.
12. Setelah kalimat Laa ilaaha yang dikenal dengan istilah an-nafyu yang berarti peniadaan, berikutnya baru dinyatakan itsbat.. yg berarti penetapan, yaitu ungkapan illallah… kecuali Allah.
13. Pengecualian yang terdapat setelah peniadaan, dlm bhs Arab dikenal salah satu bentuk hashr… artinya pembatasan yg tidak memberi ruang bagi yang lain.
14. Jika dikatakan ‘Muhammad masuk ke kelas’, berbeda dengan ungkapan ‘tidak ada yang masuk kelas kecuali Muhamad’. Yang pertama masih membuka peluang yang lain utk masuk. Sedangkan kalimat kedua, tidak membuka peluang sama sekali ada yg masuk selain Muhammd.
15. Maka, ungkapan ‘Tuhan yang kami sembah adalah Allah…’ berbeda dengan ungkapan ‘Tidak ada tuhan yang disembah selain Allah.” Yg pertama masih memberi peluang adanya keyakinan kpd selain Allah… sedangkan yang kedua tdk memberi peluang sama sekali adanya keyakinan pd selain Allah.
16. Kesimpulan dari pembahasan di atas, makna Laa ilaaha illallah yg singkat namun utuh adalah Laa ma’buuda bihaqqin illallah… Tidak ada yang disembah dengan hak, selain Allah…. atau dpt kita pahami dg makna… hanya Allah yang harus disembah, tidak boleh ada yang lain.
17. Ada dua kata kunci dalam kalimat ini; Pertama adalah ikhlas. Tahukah anda makna ikhlas? Ikhlas berasal dari kata khalasha; Murni. Dalam bhs Arab dikatakan ‘asal khaalish’ artinya madu murni.
18. Maka ikhlas adalah keyakinan yang murni hanya kepada Allah dalm bentuk penuhanan dan penghambaan. Tidak sedikitpun bercampur kepada keyakinan terhadap selain-Nya.
19. Saya belum melihat adanya aqidah ketuhanan yg menuntut tingkat keikhlasan seperti aqidah Islam.
20. Kedua adalah Ibadah. Karena tuntunan utama dari kalimat adalah adanya ibadah atau penghambaan. Bukan sekedar pengakuan.
21. Inilah bedanya jika Laa ilaaha illallah hanya diartikan sebatas ungkapan ‘Tiada tuhan elain Allah’.
22. Tanpa memaknainya dengan benar, bisa jadi kalimat ini hanya dipahami sebagai tuntutan untuk sekedar percaya adanya Allah.
23. Padahal sekali lagi, yg dituntut dari kalimat ini bukan sekedar mempercayai adanya Allah, tapi lebih dari itu, adalah terwujudnya ‘ibadah dan penghambaan’ kepada Allah semata, tentu saja setelah meyakini keberadaanNya.
Abdullah Haidir, Lc
@abdullahhaidir1