Menjadi “Pelayan” di Bulan Ramadhan

Uncategorized

Oleh Indra Purnama

Ramadhan ternyata terasa hingga ke Jepang. Lihat saja di beberapa komunitas Muslim yang ada, mereka bergiat menghidupkan malam-malam (qiyam) di bulan penuh dengan barokah ini dengan berbagai kegiatan, menggelar shalat Isya, tarawih, serta witir secara berjamaah, juga diselingi dengan tilawah dan kajian-kajian keislaman. Tentu kondisi yang serupa kita temukan di belahan bumi yang lain, termasuk tanah air kita, Indonesia. Rasulullah telah jauh-jauh hari memotivasi ummatnya dalam melaksanakan qiyam Ramadhan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)

Nah, jika malam kita disibukkan dengan berbagai ibadah-ibadah yang telah disebutkan di atas, lalu bagaimana dengan siangnya? Apakah bentuk kegembiraan menyambut Ramadhan itu cukup malam saja? Atau ibadah-ibadah yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan hanya sebatas itu saja?

Ada hal penting yang bisa kita tarik dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari sahabat Ubadah bin Shamit r.a. yang bisa kita jadikan patokan untuk selalu bergembira beribadah selama Ramadhan ini. Hadits ini menyatakan bahwa suatu hari di bulan Ramadlan Rasulullah saw. bersabda:  “Telah datang bulan Ramadhan kepada kalian, bulan barakah yang di dalamnya Allah mendatangi kalian.  Maka turunlah rahmat.  Dan dihapuskanlah kesalahan-kesalahan. Di bulan itu Allah mengabulkan doa.  Di bulan itu Allah melihat (memperhatikan) perlombaan di antara kalian.  Dan Allah membanggakan kalian kepada para malaikatNya.  Maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan sebab orang yang celaka adalah yang tidak mendapatkan rahmat  Allah di dalamnya “

Hadits ini secara gamblang menjelaskan barokahnya bulan Ramadhan. Amalan-amalan shalih yang kita lakukan di bulan Ramadhan pun menjadi berkah dibanding di bulan lain, sepanjang hari. Bahkan saking berkahnya bulan Ramadhan, Allah melipatgandakan pahala setiap amalan shalih yang kita lakukan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan 10 kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah  dengan perbuatan baik (sunnah/mandub) pada bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan suatu kewajiban (fardhu) pada bulan yang lain.  Siapa saja yang menunaikan kewajiban (fardhu) di bulan Ramadlan , (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakannya 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain”.

Dari hadits-hadist di atas telah disebutkan bahwa Allah sangat menyukai setiap amalan shalih yang dilakukan oleh hamba-Nya selama Ramadhan yang tak terbatas hanya pada ibadah khusus saja, tapi juga seluruh amalan-amalan baik yang disukai oleh Allah SWT, termasuk di dalamnya berinfak, tidak marah, bersikap ikhlas, belajar dalam rangka jihad fi sabilillah, dan amalan shalih lainnya. Dengan demikian jika kita bisa menahan marah selama bulan Ramadhan, diberi pahala sama dengan menahan amarah selama 70 bulan pada bulan lain. Meminta rekan, saudara, dan kerabat menggunakan hijab pada bulan Ramadhan, nilai pahalanya sama dengan kita meminta sebanyak 70 kali di luar bulan Ramadhan. Begitu banyaknya keistimewaan yang kita peroleh dari segala amal shalih yang kita lakukan selama Ramadhan.

Pada poin inilah kemudian menjadi perhatian bagi kita. Bagaimana Ramadhan seharusnya juga bisa kita manfaatkan sebagai sarana berlomba-lomba menjadi “pelayan” bagi masyarakat dan keluarga. Bukankah sudah kita bahas sebelumnya bahwa Allah SWT melipatgandakan pahala dari setiap amal shalih yang kita lakukan? Mungkin 11 bulan yang lalu kita disibukkan dengan aktivitas di kantor atau di sekolah, sehingga kadang lupa berinfak dan bersedekah, memberi makan anak yatim, peduli terhadap duka yang di alami tetangga, bahkan kita juga sering lupa dan mengabaikan hak-hak anggota keluarga. Maka sudah seharusnya Ramadhan menjadi bulan pembelajaran buat kita dalam memperbaiki itu semua.

Mendatangi majelis ilmu, menghadiri undangan berbuka puasa dari tetangga, menyelenggarakan buka puasa bersama, menjaga akhlak baik, menghormati tamu, membantu istri dalam pekerjaan rumah, memperbanyak sedekah, saling menasehati dalam kebaikan antar keluarga dan masyarakat, dan hal-hal kecil lainnya yang sangat banyak jumlahnya dan bisa sangat mudah kita aplikasikan sebagai perwujudan kita dalam memaksimalkan bulan Ramadhan dengan menjadi pelayan bagi masyarakat dan keluarga.

Sehingga jangan lewatkan kesempatan emas pada Ramadhan kali ini untuk juga menjadi “pelayan” yang maksimal bagi masyarakat dan keluarga, sehingga pahala yang diraih pun menjadi makin maksimal. Pesan ini tak hanya bagi yang berpuasa, mereka yang berhalangan puasa pun (contohnya muslimah yang sedang haid) sangat dianjurkan untuk tetap beramal shalih, karena keberkahan Ramadhannya pun akan terus mengalir bagi sesiapa saja mukmin yang beramal shalih, walau dia sedang tidak berpuasa. Waallahu’alam bisshawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.