Ramadhan berlalu, Syawwal pun tiba
Kusambut dengan suka cita
Dengan penuh takut dan harap jua
Sanggupkah hamba
Hidupkan Ramadhan pada 11 bulan di muka
Waktu yang bergulir begitu cepat telah mengantarkan kita pada penghujung bulan Ramadhan. Sebulan penuh Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan suami istri di siang hari. Kita merasa bahwa kita berhasil menyelesaikan shaum. Kita berhasil tilawah berkali-kali khatam, kita pun bisa melakukan tarawih, zakat fitrah, dan ibadah lainnya pada bulan Ramadhan.Walaupun secara dzahirnya kita yang telah melakukan semua itu, pada hakikatnya siapakah yang memberikan kita kesehatan untuk mengerjakan semuanya? Siapa pula yang memberikan kita kemampuan, waktu dan harta untuk menyelesaikan rencana-rencana tersebut? Allah Yang Maha Pemurah yang telah memberikan izin dan ridha-Nya sehingga rencana-rencana kita dapat terlaksana.
Atas semua capaian yang telah berhasil kita raih selama bulan Ramadhan, kita patut bersukur kepada Allah Yang Maha Pemurah yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita, termasuk nikmat usia dan kesehatan sehingga kita disampaikan Allah pada akhir bulan Ramadhan ini.
Pada saat yang sama kita juga beristighfar, memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala kelalaian dan kekurangan kita dalam beramal. Ketika shaum, tak jarang diri ini hanya menahan lapar dan dahaga, sedangkan anggota tubuh yang lain masih melakukan maksiat. Pada saat shalat, tak jarang hanya tubuh dan lisan saja yang bergerak, sedangkan hati dan pikiran terbang melayang berangan-angan. Kita bertaubat kepada-Nya, karena kita melakukan hal-hal yang tidak diridhai-Nya, padahal pada saat yang sama kita mengecap berbagai nikmat-Nya tanpa henti. Nikmat udara yang kita hirup setiap detik, nikmat waktu dan kesehatan yang sering tidak kita sadari.
Untuk menyikapi berbagai nikmat Allah subhanahu wa ta’ala ini, sudah selayaknya kita bersyukur ketika memasuki bulan Syawwal. Bagaimana cara kita bersyukur dalam menyambut bulan Syawwal?
1. Melaksanakan shaum sunnah 6 hari pada bulan Syawwal
Bulan Syawwal seakan-akan menjadi peralihan dari bulan Ramadhan pada 11 bulan berikutnya. Dengan melaksanakan shaum sunnah 6 hari di bulan Syawwal, kita menyiapkan diri kita untuk tetap istiqamah dalam beribadah selepas Ramadhan.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164, dari Abu Ayyub Al Anshori)[1]. Dengan keutamaan yang tinggi tersebut, tentu kita berlomba-lomba untuk melaksanakan shaum sunnah ini. Tentu saja kita berusaha untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu karena qodho’ puasa hukumnya wajib sedangkan shaum Syawwal hukumnya adalah sunnah.
2. Berusaha menjaga ibadah setelah Ramadhan usai
Ramadhan sebagai bulan pelatihan telah usai. Setelah pelatihan selesai, apakah kita akan kembali kepada kehidupan nyata tanpa membawa apa-apa? Tentu tidak. Justru kita kembali pada kehidupan kita sehari-hari dengan bekal keimanan dan ketaqwaan yang tinggi. Bekas-bekas Ramadhan akan tercermin pada sikap kita dalam berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan hubungan kita dengan manusia.
Mengenai orang-orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah hanya di bulan Ramadhan saja, Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan. Ia melanjutkan bahwa hamba Allah yang sholeh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh2.
Jika kita tidak bisa beribadah persis sama dengan apa yang kita laksanakan pada bulan Ramadhan, minimal janganlah kita tinggalkan semua ibadah tersebut. Jika kita tidak bisa melakukan tahajud berjam-jam, setidaknya beberapa rakaat tahajud sebelum waktu Shubuh dapat kita laksanakan.Jika tilawah Al-Qur’an beberapa juz sehari tidak mampu kita lakukan di luar bulan Ramadhan, setidaknya 1 juz atau beberapa halaman setiap hari dapat kita laksanakan di luar bulan Ramadhan.
3. Berusaha melaksanakan ibadah secara berkelanjutan
Allah subhanahu wa ta’ala adalah Rabb kita pada bulan Ramadhan dan setelah bulan Ramadhan. Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa ada dan mengawasi kita pada setiap waktu. Dengan menyadari akan kehadiran-Nya selalu, kita akan berusaha melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya setiap waktu.
Sebagaimana perkataan Imam Ibnu Rajab, “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba tersebut untuk beramal sholeh setelahnya”[2]. Setelah melaksanakan amal sholeh yang satu, maka keberhasilan itu akan menumbuhkan semangat yang tinggi untuk melaksanakan amal sholeh yang lainnya. Dengan begitu, amal sholeh tidak akan putus-putus kita kerjakan karena ia tidak dilaksanakan didasari oleh keterpaksaan akan tetapi didasari oleh kecintaan mendalam pada Allah subhanahu wa ta’ala.
Betapa banyak hal-hal kecil yang tidak kita sadari, ternyata ia merupakan ibadah jika kita niatkan karena Allah. Makan, minum, mandi, belajar, bekerja, bahkan tidur yang selalu kita kerjakan setiap hari, akan menjadi ibadah yang bernilai besar jika kita awali dan kita akhiri dengan doa, juga kita iringi dengan dzikir, mengingat Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit”. (HR. Al-Bukhari No. 6099 dan Muslim No. 783)[2]. Betapa ternyata amalan yang istiqomah itu bukan saja amal yang dicintai Allah, melainkan amal yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala.
Di awal bulan Syawwal ini, kita upayakan untuk melaksanakan amal yang berkelanjutan. Daripada kita melaksanakan ibadah dengan jumlah yang sangat banyak pada 1-2 hari pertama lalu kita tinggalkan sama sekali setelah itu, lebih baik kita laksanakan amal yang sanggup kita lakukan, tapi kita kerjakan secara kontinyu.
Belum tentu kita akan bertemu dengan Ramadhan tahun depan. Maka pada bulan Syawwal ini pula kita berdoa semoga Allah subhanahu wa ta’ala menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan dan mengampuni semua dosa-dosa kita. Berbekal dengan kesucian jiwa yang mudah-mudahan Allah anugerahkan pada diri kita, kita berusaha dan berdoa semoga Allah istiqamahkan kita untuk beramal terbaik selama sisa waktu hidup kita.
Kontributor: Retno Utami
Sumber:
[1] http://rumaysho.com/puasa/lima-faedah-puasa-syawal-527.html#_ftn1
[2] http://www.konsultasisyariah.com/istiqomah-setelah-ramadhan/