Tak terasa sebentar lagi Ramadhan akan meninggalkan kita. Sudah selayaknya, dipenghujung bulan yang dilipatgandakan semua amalan, berusahalah untuk menutupnya dengan sebaik-baik amalan, karena yang dinilai dari amalan adalah penutupnya agar Ramadhan kita khusnul khotimah.
Bagi mereka yang sukses dalam melaksanakan amaliah Ramadhannya, Idul Fitri adalah saat yang membahagiakan terkhusus lagi bagi para shaimin karena sesungguhnya ‘ied yang hakiki adalah milik mereka yang ketaatannya kepada Allah meningkat. Umar bin Abdul Aziz keluar pada hari raya Idul Fitri dan berkata dalam khutbahnya: “Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah SWT selama tiga puluh hari, dan kamu shalat (tarawih) selama tiga puluh hari pula, dan hari ini kamu keluar untuk meminta kepada Allah SWT agar dikabulkan amalmu.”
Pada hari ini pula, seantero muslimin bersuka cita merayakannya, sebagaimana Allah menjadikannya sebagai hari yang baik dikarenakan adanya perintah untuk berbuka setelah adanya larangan makan dan minum selama bulan Ramadhan dan adanya perintah mengeluarkan zakat fitrah. Dari Anas bin Malik ia berkata: “Rasulullah datang ke Madinah dalam keadaan orang-orang Madinah mempunyai dua hari (raya) yang mereka bermain-main padanya.” Rasulullah saw berkata: “Apa (yang kalian lakukan) dengan dua hari itu?” Mereka menjawab: “Kami bermain-main padanya waktu kami masih jahiliyyah.” Maka Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” (HR. Abu Dawud)
Dalam Kitab Mausuu’atul Aadaab Al-Islaamiyyah, Syekh Abdul Azis bin Fathi As-Sayyid Nada menjelaskan adab berhari raya secara rinci. Dimulai dengan niat yang benar, kemudian mandi, memakai wewangian, mengeluarkan zakat fitrah sebelum melaksanakan shalat, memakan kurma sebelum shalat Ied, bersegera menuju tempat shalat, keluarnya wanita dan anak-anak ke tempat shalat, keluar untuk shalat dengan berjalan kaki, bertakbir, bersalaman dan saling mengucapkan selamat di antara orang yang shalat dan bersilaturahim saling bertukar hadiah dan makanan.
Namun demikian, ditengah bergembiranya kaum muslimin dalam berhari raya, sebagian salaf, generasi terbaik dari ummat ini, tampak bersedih pada hari raya Idul Fitri. Lalu dikatakan kepadanya: “Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan.” Dia menjawab: “Kamu benar, akan tetapi aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Tuhanku untuk beramal karena-Nya, dan aku tidak tahu apakah Dia mengabulkan amalku atau tidak?” Oleh karena itu, dipenghujung bulan mulai ini, mari kita tingkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita, diiringi dengan do’a semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita, mengampuni semua dosa kita dan mempertemukan kembali dengan bulan yang mulia ini diwaktu yang akan datang. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bertaqwa. Aamiin…
Tia Furqon