Bagi masyarakat muslim yang tinggal di Jepang beribadah shaum di Bulan Ramadhan mempunyai tantangan tersendiri bila dibandingkan dengan apa yang dirasakan di tanah air. Perbedaan waktu berpuasa, terbatasnya fasilitas untuk beribadah, dan kondisi lingkungan dengan suhu yang kadang menjadi sangat ekstrim merupakan beberapa tantangan bagi muslim yang tinggal di Jepang.
Bulan Ramadhan 2014 (1345H) bertepatan dengan awal musim panas di Jepang, menjadikan puasa yang wajib dijalani lebih terasa. Hal ini dikarenakan dengan waktu siang hari lebih panjang daripada malam hari. Diawali dengan melakukan makan sahur sebelum waktu subuh sekitar pukul 3 dini hari dan diakhiri dengan berbuka sekitar pukul 7 petang. Sehingga total waktu berpuasa yang harus dijalani kurang lebih 16 jam. Jika dibandingkan dengan berpuasa di tanah air yang sekitar 14 jam memang tidak terlalu signifikan perbedaanya.
Tetapi, tantangannya yaitu ketika makan sahur harus lebih awal dibandingkan dengan di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan tidak sedikit masyarakat muslim yang tidak dapat melakukan makan sahur dikarenakan terlambat bangun. Banyak juga yang akhirnya harus merubah pola aktivitas hariannya. Bagi para pelajar dan pekerja, perubahan pola aktivitas ini harus dapat disiasati agar tidak mempengaruhi aktivitas di kampus dan di tempat kerja. Ada beberapa strategi agar bisa bangun untuk makan sahur yaitu dengan menyegerakan waktu istirahat sehingga bisa bangun untuk makan sahur atau bagi yang berniat sholat malam terlebih dahulu bisa bangun lebih awal.
Tantangan kedua yaitu terbatasnya fasilitas untuk beribadah dibandingkan dengan di Indonesia. Kondisi ini terasa sekali bagi yang baru menginjakkan kaki di Jepang atau baru merasakan pengalaman pertama menjalankan ibadah shaum ramadhan di Jepang. Menjalankan ibadah sholat wajib berjamaah di masjid yang bisa dilakukan dengan mudahnya di Indonesia bisa jadi sesuatu yang sangat susah dilakukan bagi kaum muslimin yang tinggal di Jepang. Jarak yang sangat jauh dan kondisi yang tidak memungkinkan menjadi kendala untuk menjalankan sholat wajib lima waktu berjamaah di masjid. Bersyukur sekali bagi masyarakat muslim yang bertempat tinggal dekat dengan masjid. Demikian pula halnya untuk menjalankan ibadah sholat tarawih berjamaah di masjid pada Bulan Ramadhan menjadi hal yang sangat sukar untuk dilakukan. Para pelajar dan pekerja mensiasati kondisi ini dengan membentuk kelompok-kelompok untuk melakukan ibadah sholat tarawih berjamaah bisa dalal satu kampus atau tempat kerja atau bisa juga dengan sesame muslim yang tinggal di suatu area tertentu.
Tantangan berikutnya yaitu kondisi lingkungan yang terkadang berubah menjadi sangat ekstrim. Ramadhan sebelumnya bahkan sempat terjadi pada saat musim panas yang sangat tinggi suhunya pernah mencapai 41° C, suhu tertinggi yang pernah dialami di Jepang menurut laporan the Japan Times. Berita dari media di Jepang juga melaporkan banyaknya kasus overheat pada kakek dan nenek yang masuk rumah sakit. Hal ini menjadikan puasa di Bulan Ramadhan di saat musim panas di Jepang sangat berat dijalankan.
Beberapa pekerja muslim juga mengalami kondisi di mana lingkungan kerjanya tidak mudah untuk menjalankan ibadah shaum ramadhan. Pabrik pengolahan produk baja dengan teknik pemanasan tertentu akan sangat menyulitkan untuk berpuasa. Ditambah dengan tuntutan target waktu atau jam kerja yang harus dipenuhi, menjadikan kondisiyang sangat menyulitkan. Tidak jarang para pekerja ini tidak bisa menjalankan ibadah shaum ramadhan akibat kondisi ini.
Demikian tantangan yang bisa dirangkum penulis berdasarkan pengalaman tinggal di Jepang. Kita memohonkan berkah dan maghfirah kepada Allah SWT di bulan yang mulia ini.
Wallahu a’lam bishowwab.
Syahirul Alim
Kobe, 8 Ramadhan 1435H