Taubat di Malam Lailatul Qadar

Artikel Ramadhan

“Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkannya (Al Qur’an) di Lailatul Qadar (malam yang besar nilainya), dan tidakkah kamu ketahui apakah malam lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu mempunyai nilai melebihi seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat dan Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Salam sejahtera malam itu hingga terbit fajar” (Al Qadar 1-5)

“Sesungguhnya Kami (Allah) telah menurunkan Al Qur’an pada malam yang penuh berkah” (Ad Dukhan 3).

Setidaknya di dalam Al Qur’an ada dua ayat yang menyebutkan adanya Lailatul Qadar itu, seperti ditulis di atas. Lailatul qadar adalah malam istimewa yang tinggi pahalanya jika kita beribadah di malam itu, yaitu setara dengan ibadah melebihi seribu bulan. Tapi kapan datangnya Lailatul Qadar itu, tidak pernah diungkapkan Allah SWT. Seperti halnya kapan hari qiyamat, atau kematian kita, semuanya serba misterius. Hikmah kerahasiaan ini, mungkin agar kita berusaha konsisten dalam beribadah sepanjang rentang waktu yang diberikan. Kematian dirahasiakan kedatangannya, agar kita bersungguh-sungguh memanfaatkannya untuk kebaikan di waktu kapanpun. Sabda Rasulullah; “Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu.”.

Salah satu pahala yang didapat ialah jaminan ampunan dosa, seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Tapi ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pahala Lailatul Qadar tersebut seperti yang dituliskan dalam hadits berikut:

Abu Hurairah r.a. berkata: Berkata Nabi SAW : “Siapa yang bangun pada malam Lailatul Qadar karena dorongan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘alaihi).

Dalam hadits ini, disebutkan bahwa jika ingin mendapatkan hasil di malam Lailatul Qadar, maka syaratnya niat kita ketika bangun malam di malam sepuluh hari atau melakukan i’tikaf di masjid, harus karena iman dan pengharapan pahala. Tidak ada motivasi yang lain kecuali karena keimanan, sehingga akan memberi dampak untuk bertaubat dan selalu berazam untuk mensucikan diri (tazkiyatun nafs). Bukankah salah satu ciri dari orang beriman ialah bertaubat dengan taubat nasuha. Ingat kisah Adam a.s, karena keimanannya kepada Allah SWT maka beliau bersegera untuk bertaubat saat melakukan kesalahan. Bahkan Nabi SAW sendiri selalu beristighfar padahal beliau pernah tidak mempunyai dosa.

“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus kali”. (H.R Muslim)

“ Wahai orang-orang beriman. Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai.” (At Tahrim 8)

Tatkala sudah terjadi penyesalan atas dosa-dosa kita lalu bertaubat, dan ada usaha untuk pensucian diri tersebut, maka insya Allah semua dosa yang telah lalu akan terampuni, sehingga hadits tentang pahala Lailatul Qadar di atas bisa dipahami.

Perhatikan pula tuntunan Rasulullah kepada Aisyah r.a. di bawah ini:

Aisyah r.a. berkata: Saya bertanya : Ya Rasulullah bagaimana pendapatmu sekiranya saya mengetahuinya (menemukannya) Lailatul Qadar, apakah yang saya ucapkan pada waktu itu? Jawab Nabi: Ucapkanlah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’annii (Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni, maka ampunkanlah bagiku) (H.R Tirmidzi)

Rasulullah mengajarkan doa di malam Lailatul Qadar yang mendorong kita bertaubat dan minta diampunkan dosa kita. Maknanya bahwa saat berada di malam itu atau ketika melakukan i’tikaf, kita dituntut untuk melakukan muhasabah dan bertaubat dalam rangka pensucian diri. Olehkarenanya, selain tilawah dan ibadah lainnya, sempatkanlah di malam itu untuk merenungkan dosa dan kesalahan-kesalahan kita dan menangis mohon ampun di hadapan Allah SWT. Insya Allah ampunan dosa-dosa yang telah lalu, bisa kita peroleh.

Mengenai tanggal dari malam Lailatul Qadar tersebut, ada beberapa hadits yang memberikan “hint’, sbb:

Ibnu Umar r.a. berkata: Beberapa orang sahabat Nabi SAW. telah bermimpi Lailatul Qadar pada tujuh malam yang akhir bulan Ramadhan. Maka Nabi SAW bersabda: Saya juga melihat mimpi seperti kamu bahwa Lailatul Qadar bertepatan pada tujuh malam yang akhir. Maka siapa yang benar-benar akan mencari Lailatul Qadar, hendaknya mencarinya pada tujuh malam terakhir “ (Muttafaqun ‘alaihi).

Aisyah r.a. berkata: “Adalah Rasulullah SAW beri’tikaf pada malam-malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan (21-29). Dan bersabda: Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan (Muttafaqun ‘alaihi).

Aisyah r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Carilah lailatul Qadar pada malam yang ganjil pada sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan (H.R. Bukhari)

Aisyah r.a. berkata : Adalah Rasulullah SAW jika mulai malam-malam sepuluh yang akhir bulan Ramadhan bangun satu malam penuh dan membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh ibadah hingga mempererat sarungnya (tidak berkumpul dengan isterinya) (Muttafaqun ‘alaihi).

Aisyah r.a berkata: Adalah Rasulullah SAW sangat rajin dan bersungguh-sungguh melakukan ibadah di bulan Ramadhan melebihi bulan yang lain, dan pada malam-malam sepuluh terakhirnya melebihi malam-malam yang lainnya (H.R. Muslim).

Demikianlah. mengingat istimewanya malam ini, Rasulullah sampai menganjurkan para sahabat dan keluarganya untuk bangun dan beri’tikaf, mencari keberkahan Lailatul Qadar. bahkan beliau sendiri hingga akhir hayatnya Rasulullah tidak pernah meninggalkannya.

Aisyah radhiallahu anha berkata,

“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian para isterinya melakukan I’tikaf sesudahnya.” (Muttafaqun alaih).

Mudah-mudahan kita semua pun senantiasa diberi kekuatan untuk bisa melaksanakan sunnah Rasulullah ini di setiap Ramadhan sampai akhir hayat kita.

———————————-

Referensi: Tarjamah Riadhus Shalihin II, Salim Bahreisy, Al Ma’arif, 1985.

Leave a Reply

Your email address will not be published.