Ramadan Efektif: Memulai dari Akhir

Islam di Jepang Ramadhan Seri Kehidupan di Jepang Tausyiah

Bulan Ramadan, terutama di Jepang, sering kita rasakan berjalan begitu cepat karena kesibukan kita di lab, sekolah, perusahaan atau kantor. Situasi ini diperparah dengan sedikitnya umat muslim di Jepang, yang menurut beberapa sumber kurang dari 1% dari penduduk Jepang, sehingga praktis bagi beberapa orang suasana Ramadan menjadi kurang berasa di negeri ini. Orang-orang di sekitar kita tidak berpuasa, juga tidak ada iklan puasa di media juga TV sebagaimana ramainya suasana di tanah air. Bagaimana menjadikan Ramadan efektif dan sukses di Jepang? Kita perlu cara berpikir yang baru.

Di sini, saya ingin mengajak pembaca mereview satu kebiasaan dalam “The 7 habbits highly effective people”, karya Stephen Covey. Dalam habbit kedua, hal yang efektif bisa dicapai dengan berpikir memulai dari akhir. Dengan memulai dari akhir, kita akan dapatkan tiga aspek:

(1) kepemimpinan, yaitu memimpin diri kita mencapai target,
(2) manajemen, yaitu kita memanage pekerjaan sebaik-baiknya
(3) produktivitas, yaitu bagaimana mengerjakannya untuk meraih hasil maksimal.

Cara berpikir ini sepertinya bisa diterapkan dalam meraih Ramadan yang efektif.

Mari kita mulai berpikir dari akhir dengan melihat jika Ramadan ini berakhir. Dari Jabir radhiallahu‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Jika malam Ramadhan berakhir, seluruh makhluk-makhluk besar, di segenap langit, dan bumi, beserta malaikat ikut menangis. Mereka bersedih karena bencana yang menimpa umat Muhammad SAW. Para sahabat bertanya, bencana apakah ya Rasul? Jawab Nabi. Kepergian bulan Ramadhan. Sebab di dalam bulan Ramadhan segala doa terkabulkan. Semua sedekah diterima. Dan amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya, penyiksaan sementara dihapuskan.

Dalam hadits yang lain, “Ba’udaman adraka ramadhaana fa lam yughfarlahu. Celakalah seorang yang memasuki bulan Ramadhan namun tidak mendapat ampunan” (HR. Hakim dan Thabrani)

Di akhir Ramadan, kita ingin mendapatkan ampunan dan dimasukkan sebagai golongan orang-orang bertaqwa. “Wahai Rabb kami, terimalah puasa kami, shalat kami, ruku’ kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Insya Allah kemudian target ini menjadikan kita berusaha mengisi Ramadan dengan sebaik-baiknya ibadah. Secara umum, silakan lihat pada gambar 1. Di sini jika kita memulai dari berakhirnya Ramadan, kita bisa melihat ada berapa Sabtu-Ahad sebelum Ramadan berakhir. Ini menjadi sangat penting bagi yang sedang sibuk sekali pada hari-hari biasa, sehingga mereka bisa berkonsentrasi pada hari Sabtu-Ahad.

 

Menjadikan ramadan efektif dengan memulai dari akhir dalam pikiran kita.
Menjadikan ramadan efektif dengan memulai dari akhir dalam pikiran kita.

Cara berpikir ini juga membantu kita kapan harus mengambil cuti untuk bisa iktikaf, seandainya 10 hari terakhir tidak jatuh pada dua Sabtu-Ahad.

Yang terakhir adalah produktivitas, yaitu berapa banyak amalan baik dan ibadah yang kira-kira bisa diproduksi di hari kerja dan hari biasa. Kemudian menjumlahkan secara rata-rata sampai di ujung Ramadan. Jika kemudian kurang, kita bisa mengevaluasi kira-kira ditambahkan pada hari kerja atau hari libur Sabtu-Ahad.

Semoga kita menjadi orang-orang yang mengisi Ramadan dengan efektif, Allah SWT mengampuni dosa kita dan juga kita meraih derajat taqwa. Aaamin.

Ishikawa, 13 Ramadan 1435 H (2014)

Photo by photosteve101

Leave a Reply

Your email address will not be published.