Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imron ayat 133, ” Wa saari’uu ilaa maghfiratim mir robbikum wa jannatin ‘arsuhas samaawaatu wal ardh, u’idat lil muttaqiin”. Yang artinya,” Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”.
Rasulullah saw bersabda, “Man shoma romadhona imanan wa ihtisaban, ghufirollahu ma taqoddama min dzanbihi”. Yang artinya, “Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap keridoan-Nya, maka Allah SWT akan mengampuni seluruh dosanya yang telah lalu”.
Alhamdulillah saat ini kita telah memasuki sepuluh hari yang kedua di bulan Ramadhan. Sebagai mana telah kita ketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat dan berkah dari Allah SWT, bulan maghfirah dan bulan dijauhkan dari api neraka. Kata “ihtisaban” berarti kita selalu mencermati, menghitung-hitung, memperhatikan dengan penuh harap ridho Allah SWT, apakah puasa kita benar-benar telah kita lakukan dengan baik. Apakah puasa kita tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum di siang hari? Apakah puasa kita telah mengarahkan kita melaksanakan berbagai amal kebaikan yang pahalanya dilipatgandakan oleh Allah SWT? Apakah puasa kita telah membuat hati kita tenang, menjauhi perkara perkara yang dilarang? Allah SWT berfirman dalam surat Al Hasyr ayat 18, ” Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullaha wal tanzhur nafsum maa taqoddamat lighod, wat taqullaha, innallaha khobiirum bimaa ta’maluun”. Yang artinya, “Wahai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, susungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Kami ingin menceritakan kisah kepompong Ramadhan. Kita tentu tahu dan mengenal ulat ya. Suatu makhlut ciptaan Allah SWT yang mempunyai bentuk memanjang, kadang-kadang berbulu, berwarna macam-macam bisa hitam, hijau coklat putih dan lain lain. Ia hidup di pepohonan dan memakan dedaunan yang ada di pohon tersebut. Kita perhatikan ketika makan dedaunan, bagaimana si ulat ini begitu rakus sampai-sampai habislah daun di pohon tersebut tinggal rantingnya saja. Lalu kemudian ia bermetamorfosa menjadi kepompong, dia berhenti makan, diam dalam rumahnya, hingga waktu tertentu berubahlah ia menjadi kupu2 yang indah penuh warna, ia terbang meninggalkan pepohonan, lalu pergi ke aneka macam bunga untuk menyerap saripati bungan berupa madu yang manis sebagai makanan sehari harinya. Dia makan secukupnya dan tidak merusak bunga-bunga.
Bagaimana kisahnya ini “nyambung” dengan kita? Mungkin mirip dengan manusia yang sangat rakus dan tamak terhadap dunia, segala macam dimakan dan membuat kerusakan. Lalu tibalah bulan Ramadhan, Allah SWT menyeru mereka utk berpuasa, berhenti makan dan minum, merenung, memohon ampun. Setelah Ramadhan usai, puasa yang sukses menghasilkan insan insan beriman yang tidak lagi rakus, makan yang baik-baik saja dan tidak membuat kerusakan. Semoga Ramadhan kita adalah Ramadhan yang sukses.
Di awal tadi kami mengutip satu ayat yang menerangkan tentang bagaimana Allah SWT memerintahkan ummat-Nya untuk bersegera dalam mencapai ampunan-Nya. Terlebih di bulan Ramadhan ini, wabil khusus di sepuluh hari yang kedua yang Allah SWT melimpahkan ampunan bagi orang orang yang memohon ampun.
Betapa banyaknya dosa dan kesalahan kita. Semenjak kita akil baligh hingga saat ini, sudah tak terhitung dosa dan kesalahan tersebut. Coba kita bayangkan bisa dosa dan kesalahan tersebut ditampakkan oleh Allah SWT sebagai sebuah bisul di muka kita, barangkali sudah tak menentu penampakan muka kita ini. Mungkin kita pernah berbohong, menyakiti ibu, menyakiti ayah, memakan makanan/minuman haram, mencuri, dll. Mari merenung. Apakah belum saatnya kita memohon ampunan Allah SWT? Mau sampai kapan bergelimang dosa dan kesalahan? Ayok, mumpung kita masih mengalami Ramadhan tahun ini, banyak banyak istighfar, mohon ampun dan bertaubat dari hal hal yang menyebabkan kita terjerumus ke dalam dosa dan kesalahan.
Allah SWT berfirman dan surat al Hadid ayat 16,” Alam ya’ti lilladziina aamanuu an takhsya’a quluubuhum lidzikrillahi wa maa nazala minal haq, wa laa yakuunui kalladziina uutul kitaaba min qoblu fathoola ‘alaihimul amad faqosat quluubuhum, wa katsiirum minhum faasiquun. Yang artinya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Mungkin kita bertanya, apakah Allah SWT akan tetap mengampuni dosa dan kesalahan hamba-Nya yang sudah sedemikian banyaknya? Dulu ada sebuah kisah seorang penjahat yang pekerjaannya membunuh banyak orang, sudah tak terhitung jumlah orang yang dibunuhnya. Ia telah membunuh 99 orang. Suatu ketika terbersit dalam dirinya akan banyaknya dosa membunuh dan tiba tiba ia ingin bertaubat kepada Allah SWT. Datanglah ia kepada seorang alim dan menceritakan perihal perbuatannya dan keinginannya untuk bertaubat. Mendengar kisah yang sangat kejam dan sadis tersebut, sang alim mengatakan bahwa penjahat itu tidak akan diterima permohonan ampun dan taubatnya. Mendengar itu marahlah si penjahat ini dan untuk menggenapkan korbannya, ia bunuhlah sang alim ini sehingga korbannya genap menjadi 100 orang.
Tapi ia kemudian menyesal dan timbul lagi keingingan utk bertaubat. Berjalanlah ia ke suatu tempat dan bertemu dengan seorang bijak. Dia kemudian menceritakan perihalnya. Lalu sang bijak ini bertanya, wahai pemuda, kamu berasal dari mana? Dijawablah dengan nama sebuah tempat. Sang bijak berkata lagi, sesungguhnya tempat tinggalmu adalah tempat yang jelek, penuh maksiyat dan kejahatan. Oleh sebab itu bila benar engkau ingin bertaubat, pergilah ke tempat ini tempat yang penuh kebaikan dan orang sholeh dan jangan kembali ke tempat asalnya. Maka ia menuruti pesan orang bijak tadi, ia berjalan menuju tempat yang ditunjukkan oleh sang bijak. Qodarullah, di tengah perjalanan, sang pemuda ini meninggal dunia. Kemudian datang malaikat rahmat dan malaikat azab untuk menjemput ruhnya. Mereka berselisih, apakah pemuda ini bagian malaikat rahmat atau bagian malaikat azab. Maka kemudian diukurlah jarak antara tempat ia meninggal dengan tempat asalnya dan tempat yang akan ditujunya. Maka ia lebih dekat dengan tempat yang akan ditujunya, yaitu tempat kebaikan dan banyak orang sholeh dimana ia ingin bertaubat. Oleh sebab itu malaikat rahmat lebih berhak atas ruh tersebut dan ia insya Allah diampuni Allah SWT, wallau a’lam.
Nah, point-nya adalah jangan pernah berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah SWT. Ampunan-Nya, surga-Nya seluas langit dan bumi. Bumi saja sudah sedemikian besarnya, kita tidak bisa membayangkan luasnya langit.
Marilah kita terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan ramadhan tahun ini. Semoga kita berhasil meraih derajat taqwa. Amin ya robbal alamin
penulis: Ambar-Kyushu